Senin, 02 Mei 2016

Sampun, Diputusin aja Gih

Nambah maksiat, nipisin tiket ke syurga
Pacaran untungnya gimana sih? Minterin? Enggak juga, nenangin? Masak? Me’dein? Ah nggak ah.
Kalo pacaran minterin, mungkin manusia sedunia ini bakalan pintar dan sukses semua otaknya hanya dengan cara pacaran tanpa belajar. Wow...keren, nggak kebayang dunia bakalan hancur nantinya.
Gaes, sadar nggak? Pacaran nambahin masalah, masalah duniawi, masalah akhirat apalagi. Diselingkuhin dipikirin, dicuekin ganti ngomelin, fokus nggak tuh ama pelajaran? Nggak deh, yakin bin pasti. Ntar diputusin baru deh tuh si doi pusing. Hah.. Ogah deh.
Siapa bilang pacaran bisa minterin berarti dia tak punya presepsi yang baik dalam hdup di era gini.
Meski ada yang bilang “ Iya, dong, gue kan pacaran islami jadi baik-baik aja tuh, rugi juga nggak?
Ciee.. Ada yang pacaran islami? Selamat deh udah terlanjur nempuh jalan sesat, gaes? Emang ada ya pacaran islami. Firman Allah ada ya yang mengiyakan bahwa pacaran islami itu emang ada. Kalau emang ada, so pasti para mereka banyak yang terlalu membanggakan pacarannya dengan mengatasnamakan Agama bahkan menyangkut Tuhan. Duh.. Malu gaes kalo lisan udah ngejawab demikian. Gimana nggak? Mulut kita membicarakan sesuatu hal yang emang tak ada dinaskah-Nya
Jangan bangga dulu gih yang pacaran, coba deh lihat dulu madharat kalian dari berpacaran. Banyak untungnya atau ruginya. Wahai diri, coba kalian renungkan dari jiwa yang tersambung ditubuh kalian. Hati kalian masih murni untuk difungsikan.
Kebanyakan kalian nyicipin tuh pacaran. Banyak deh yang pada alergi kecanduan. Bagaimana tidak, sekali mereka lakukan, mereka bakalan terkena kafein. Baru aja tuh si cantik di puji, eh malah kesambet pegangan, tau tau udah remang-remang tak jelas. Duh... Gaes, ngeri deh. Melakukan hal kecil dengan terbiasa juga membiasakan sampai seterusnya. Daripada kena alergi gituan, mending aja deh banyak-banyak manfaatin waktu bukan hanya buat pacaran aja. Ngaji.daripada kalian udah diberi tiket neraka, dan kalian sia-sia in ke syurga. Udah deh, habis, trus nyesel endingnya.
Mari gaes, Allah selalu memberi Hidayah pada setiap diri. Namun terkadang diri ini sulit menyadarinya.
Selagi kita masih diberi stempel sama Allah, mari gih nebelin niat buat hal yang bagus. Sampun, diputusin aja gih. Banyak yang lain nungguin. Nggak kasihan sama yang lain yang kamu cuekin. Masa depan terus memantau keadaan diri kita setiap hari.
Kalo terlanjur nyesel, rugi loh.
Mari diputusin aja gih? Jodoh kalian minta yang murni baru bukan bekas.

Tau ah, udah lama perhatiin anak orang,eh tau tau udah jadi mitnahin satu sama lain. 
hmm...cuma ngingetin. jangan dekati zina jika tak tau jurusan yang akan di hadapi. mending Gih, putusin aja, cukup sekian. :)

Sabtu, 13 Februari 2016

Puisi Kita

Aku masih terpaku sejak ragamu hilang tanpa harapan
ku terus tulis sajak-sajak seperti dulu
sajak-sajak terindah yang kutunjukkan hanya padamu
aku masih terperangkap dalam nostalgia mu
mengais-ngais kebahagiaan kita dulu
saling bersapa dalam tinta berwarna biru
setiap sajak itu hatiku diguasari rindu
15 bulan kau diamkan aku, lalu aku menunggumu
masih dalam penantianmu
mulutmu selalu sampaikan masa lalu
telingaku kelu dengan suara puraumu
bukankah lebih baik mengubur masa yang dulu?
Duduk lesu memangku kedatanganmu bersua katakan janji-jani itu
aku tak tahu, sungguh tak tau
puisi apa lagi yang ku bocorkan dengan arti rindu
lamanya ku menunggu hanya akan kuatkan getaran rasaku
kutetap menghempas diludahi gundah ini
aku sulit hidup tanpamu, kau taklukan hatiku dengan sajak-sajak terindahmu
kau warnai duniaku
serasa aku milikmu hanya dengan menelusuri coretan penuh makna itu
Mungkinkah ini hanya sebatas kebahagiaan semu?
Akankah kau kembali pada rasa itu?
Menemani tulisan-tulisan sepiku
mengisi ruang-ruang suwungku
membakar nestapa kegundahan jadi rindu
sampai denyutan terakhir ini
kutetap bersikeras tak mau ragukanmu lagi, dan lagi
aku masih tetap lesu bernaung cintamu
tetap cintamu, sampai akhir hayatku.

Kasihku :                    Hembusan kala itu
                                    membuatku mengingat satu hal
                                    hal kecil yang membuatku jatuh
                                    hal kecil yang membuatku terjebak
                                    hingga aku tak bisa merangkak keluar
                                    hingga membuatku jatuh terperosok terlalu dalam

Kasihnya :                   jika angin terlalu kencang menyapa
                                    jika hembusan itu terlalu kejam bersua
                                    aku tetap tak akan masuk
                                    mengangau ingat kenangan itu yang hanya buatku kelu berlabu lesu
                                    tak akan terperosok, jika bayangmu kini hanya sebuah bingkai kosong
                                    hingga kini buatku jadi kepompong

Kasihku :                    aku yang hidup bagai seorang musafir
                                    yang setiap harinya berjalan tersaruk-saruk
                                    yang setiap hari berjalan hingga terlelap
                                    mencari kebahagiaan yang tak kunjung datang menyapa
                                    yang hingga kini hanya sebuah bayangan semu
                                    yang hingga kini hanya sebuah ilusi masa lalu

Kasihnya :                  Kutak harap engkau terjerumus dalam nostalgiamu
                                    sebab sarukan jalanmu meluruskan hatiku
                                    menyanyat desiran luka yang berkelabu menjadi warna abu-abu
                                    deretan bahagia itu ramah buka jalan untukmu
                                    sebab lukamu terus bayangi otakku
                                    hingga kini aku terpeleset ingin pelukmu

Kasihku :                    Bagaimana bisa aku membuka hati terlalu lama
                                    jika yang ku lukiskan terus bermuka sendu
                                    jika yang ku idamkan hanya bertopeng bisu
                                    terus ku berkelana, mencari celah dimana salah
                                    terus ku terpulas, kubaik jika pergi tinggalkanmu
                                    sampai sekian hari, aku arungi duniaku yang kukira tak sejalan denganmu.
                                   

                                   
                                    

Senin, 16 November 2015

Ayahku berselimut Kesabaran



Kering Kerontang tubuhmu
kulitnya beralaskan debu, hitam kecoklatan
terik matahari yang membuatnya disengat kekusutan, berkantong keringat ditubuhmu
pagi menjelang siang, siang mejelang Sore, sore mejelang Malam, waktunya tak pernah berhenti mengais sepeser kehalalan
sabar..sabar..Begitulah katamu. Menengadah mengaharapkan keridhoa-Nya
Aku mengetahui persis Kisahmu, yang kini aku tulis seringkas yang mungkin tidak seberapa
Ayahku pemberani, Sebab dia rela Mati
Ayahku baik hati, sebab dia memilih mengalah untuk merendahkan hati
kekalahan terkadang ia perangi dengan kesabaran
penderitaan ia musuhi dengan kesyukuran
aku tahu persis ayah, bagaimana ia meratapi sebuah kekacauan dalam hidupnya
besarnya kesabaran menjadi peneduhmu pada sebuah penderitaan pahit yang tuhan berikan
Fikirannya terliliti rasa kasihan. Tangannya tak pernah berat memberikan sekantong titipan Tuhan untuk diberikan pada mereka yang hidup dengan kesendirian dan kesusahan.
senyumnya tak pernah hilang sirna, dan sampai sekarang masih melukiskan keramahan diraut wajahmu yang kusam.
kerendahannya, kesabarannya, kebaikannya menjadi sandang jiwanya menuju syurga-Nya
keteguhan hatimu menjadi panutan hidupku yang kelam
Ayah memberi titik cahaya pada sebuah kegelapan
Ayah memberi pengaharapan pada sebuah keterpurkan pada 3 anak domba yang masih membutuhkan perlindungan.
Ayah yang mengajari kita banyak hal, membuat kita bangkit dari kesakitan dan membuat kita percaya tetang keaadilan.
Terima kasih telah menjadi saksi mata kenkalan kami yah, sampai kami tak pernah ada waktu untuk bercengkrama.
Terimakasih telah menjadi laut tempat kami gaduh
menjadi rumah tempat kami berteduh
menjadi Ladang tempat kami megadu
Terima kasih telah mengajari kami kenikmatan yang terkadang kami lalaikan bahkan kami lupakan
Kami tak bisa menjamin untuk ke syurga-Nya, tapi kami selalu setia mendoa’kan untuk Ayah, agar Allah menyediakan jalur pintu kebaikan dan menjadi salah satu incaran Allah disyurga-Nya atas  kesabaran yang Ayah jadikan hidangkan sajian didunia untuk disantap diSyurga-Nya.
“Semoga Allah menjadikan Ayah sebagai jaminan-Nya kelak, menjadi salah satu penghias tampan diantara bidadari menawan, dan menjadi pembuka pintu kebaikan untuk segala Hal”
Ini hanya sepengal kerinduan kami pada pahlawan besar setelah Ibu tertelan dibumi.
pada pahlawan yang terkadang kami bangkaikan setiap amanatnya dan kami ingkari setiap harapanya.
Kisahmu sama halnya seperti ibuku, yang tak pernah habis-habisnya berdesir lembut, dan berkelabu indah didalam hati kami.
terus jaga Kami Ayah, sampai kami berhasil membuatmu tersenyum bahagia diatas menara kesuksesan.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Aku Masih ingat betul !!!



Aku masih betul-betul mengingat, bagaimana caramu tersenyum, bagaimana caranya kau utarakan sebongkah rasa pengharapaan untukku.
Bagaimana caranya kau singgungkan tentang kesetiaan dengan cara yang orang lain tidak bisa membayangkan.
Aku masih betul-betul mengingat, ketika hatimu tiba-tiba menjenggukku. Tanpa aku sadar, bahwa jiwaku terlalu terpenuhi oleh cintamu. Aku juga masih betul-betul mengingat, caramu melewati duniaku yang terlalu kotor atas kegoaan, hingga aku kini sadar, , kesabaranmu padaku tak bisa dipaksakan. Tulus, tapi jiwa ini masih tersendat untuk mengelus.
Itu 2 tahun silam
Kau salah satu sajadah kisah pada sungai kenanganku.
Kau sudah menjadi bahan tawaran Tuhan untuk menguji sebuah arti kesetiaan pada cinta yang bekum pernah aku bisa bayangka, maknakan.
1 tahun Tuhan memberikan sebongkah rasa Cinta pada kita
Dulu ketika aku bersamamu, aku seolah menjadi wanita terbahagia karna berhasil ketuk pintu hatimu.
Aku , kamu tidak ada ikatan pada secuil kata “ I LOVE YOU”  tak ada sepercik kata tersebut terlaksanakan dan terlisankan pada bibir kita masing-masing.
Hingga kini, aku sadar, bahwa jiwa kita masih kosong. Kita seperti cahaya yang menerangi satu sama lain, tapi tak tahu arah penerangan yang kita terangi tersebut.
Ketahuilah, ini hanya sebuah ungkapan Rindu ku dikehidupanku yang sunyi dan kelam.
Pahamilah, kenangan itu terus terbesit dalam bayangan angganaku. Terus menghantui, tak ada henti-nya.
aku masih ingat betul, wajahmu yang lesung, dekimu yang membuat memperindah cekungan sungai pada kedua pipi manismu.
semua benar-benar melekat, dan semua memang benar aku ingat. seperti permen karet yang terus ingin memikat lengket ingin di ikat diingatanku.
Tanganku terus menggengam selembar Photo yang isinya penuh jiwamu. Tersenyum, mengenakan topi yang terkeren bagiku. Terkuyupi jamper hitam dan tanganmu yang berpose selayaknya kau paling tangguh di dunia ini.
Aku mengenang itu semua
karna jarak yang membuat cinta kita bertaut
hingga peristiwa 2 tahun silam itu kini menyadarkanku.
membuatku berfikir kembali tentangmu
sebab teman karib ku terus mengusikku untuk melamunkanmu
aku benar-benar bahagia saat itu.
menyadari bahwa cinta yang dulu kita rengkuh bersama, bukanlah sekedar cinta, entah apa namanya...
Tapi hati kita tidak sedang mengutarakan
hati ini seolah yang menentukan dengan bisikan dan teriakkan nya masing-masing.
kekuatan perbedaan kita terbatas
karna kita terlalu pedulikan keagammaan yang menentang adanya “Pacaran”
kita tak lakukan, tapi seolah hati kita melaksanakan. Kita bicara dengan isyarat yang tak sempurna untuk dijelaskan. Kita tatap mata dengan batas kehidupan yang ditentukan.
kita meluapkan semua perasaan yang ingin disampaikan lewat perantara buku yang sekarang kita abadikan.
begitu islami kah kita dulu??
sampai-sampai semua orang menduga bahwa kita adalah sepasang kekasih.
Tapi dengan santai dan tenangnya kita serenpak menjawab “ kita hanya sebatas taaruf”
padahal kita tak faham, apa pada sederet kata itu.
ada begitu banyak kenangan yang tak bisa tercurahkan
karna perjalanan belum tehentikan
hati ini begitu yakin, akan ada perulangan kembali
karna matamu, senyummu seolah memperjelas taqdir
untukmu yang sudah lama tak kubayangakan.
Tulisan ini tidak seberapa, tapi inilah caraku utarakan ketika hati telah berkata.
beharap engkau memahami, bahwa ini tentang mengenang kenangan yang rindunya tak tertahankan.
ini tentang pengakuan kesadaran, untukku yang jauh dari yang kau bayangkan, jauh dari jarak yang kuratapi
inti coretan ini hanyalah teringgkasan pada sebuah kalimat, yang aku berharap kau juga rasakan  “bahwa aku betul-betul mengingat semua tentangmu”
tak cukup aku mengulas semua kisah untuk ditorehkan pada selembar kertas ketikan ini, ini hanya sebuah pengakuan bahwa aku menyesal,  aku benar-benar merindukan dan aku berharap ada perulangan.
“Menanggislah dikala Hujan telah tiba, tapi tetap manislah ketika senyummu masih awet disapa.” INFINITUM
21.37 WIB,
ketika aku sejenak meikirkanmu dalam kegundahan, dibawah payung langit yang hitam dan sunyi .
semoga tuhan memberikan rasa yang sama.
171115

Rabu, 07 Oktober 2015

Teman bermuka topeng

Teman macam apa ini?
menyuruhku seenaknya menunggu, lalu dia hanya sekedar melewati lalu pergi tak kembali.
ada banyak manusia didunia ini, yang lebih patut dihargai
bukan cuman sekedar kau yang tak malu meludahi.
kau yang bodoh, atau aku yang terbodohi?
aku yang bertindak seolah kau racuni
Ganti aku yang begegas Diam, kau sibuk mencari kegaduhan diri.
teman macam apa kau ini? karibmu seperti tak habis pikir
melihat sepenggal tinggahmu yang kecut untuk di pungkiri.
Semoga kau tak Rugi, memiliki sifat seperti ini..
Lepas topengmu, Topeng yang beralaskan kemunafikan diri.
karna Dunia tak mererima Muka mu yang dua duanya meragukan ini..

Bawa pergi rasa Ini.

Meski kau tak nyata, tapi keberadaanmu selalu ada.
mewakili segenap rasaku yang yang lama sirna.
meski jiwamu tak lagi ada, tapi bayangmu tetap ada dibilah-bilah nostalgia.
kau yang dulu terus merenggek mengajakku mengikuti kenanganmu, bermimpi bersama angganmu, terjun kedalam halusinasimu.
Jiwamu..jiwaku..Hidupku..Hidupmu..Aku milikmu...milkimu...
sampai angin tulus menyapa, membawa sejarah goresan Duka.
membuat udara sudah lalai disapa
aku jenuh , merindukan setiap suaramu, mengingat sepengal tawamu, meratap senyuman estetikmu.
semua begitu lekat terikat didalam memori bunggaku.
Taqdir ku, bukan sejalur denganmu.
tuhan sudah lengkap menitipkan jiwamu disyurga-Nya
Tuhan menenangkanmu untuk tidur diatas timbunan tanah milik-Nya.
Tapi aku, berlagak berdiri dengan kerapuhan Hati.
terpuruk jatuh yang digantungi putus asa. diberi sekat-sekat kepedihan yang menjadikan aku mati rasa, lalu gila karna cintamu yang kau bawa pergi kesana.
kepergianmu membuatku sakit jiwa, hingga ottaku penuh darah luka.
sendiri..sendiri..dimana kebahagiaan itu pergi?
sehingga aku lupa diri, bahwa Tuhan tak pergi
tuhan takk bosan mengghampiri, mengembalikan akar keakuan yang sudah tak terakui.
bawa pergi rasaku, sehingga kau tenang berada di sisiku.
karna kau akan datang disaat aku tak pernah memangilmu, kau selalu ada disaat udara dengan rakus menyapaku.
impianmu, angganmu, akan sellalu terbekas dalam sejarah kenanganku
merengkuh, merayu ridho-Nya untuk pergi ke jalan yang benar milik-Nya.
meski terlihat seperti Kisah , namun ini nyata.
karna rasaku, rasamu UTUH untuk dijadikan satu makna
rasa kita sama memperkokoh hati, memahat ukiran cinta yang terlalu terhayati.
hingga aku sadar, ini hanya sebuah FIKSI yang semakin menjalar dalam bathin hati.
sengaja kutulis untuk kalian yang terlalu menyanjung atas nama Cinta yang jiwanya telah pergi. tapi rasanya mengangkut di hati
Karna sedari dulu...
Bahwa yang namanya CINTA tak harus termiliki

071015
Faiq_zahra

Jumat, 18 September 2015

Di Atas langit masih ada langit



Aku tenggelam dalam nestapa duka,
Yang pedihnya tak terhingga
Yang sakitnya sampai terasa
Aku jatuh, pada peristwa lara
Yang membuatku sakit jiwa, menyayat luka disela-sela duka.
Untuk apa aku terus bediri, meratapi keadaan yang tak pasti, yang membuatku jatuh pasi, yang terbilaang basi.
Aku dibelakang, kebelakang yang barisanya terbelakang.
Yang membuat lengganku melambaikan tangan
Ingin menyapa kebahagiaan bersama mereka, yang tak bisa ku kejar kegemilanggannya.
Tapi sinar Tuhan terus menerangi, membuatku yakin bahwa tuhan meridhoi.
Pada setiap hambanya yang membutuhkannya, pada setiap hamba yang masih memikirkan-Nya.
“Dia atas langit masih ada langgit.”
Kakiku mulai lentur, seperti dibentur
Kakiku kembali merebah berdiri, sambut pagi yang dikelilngi mentari.
Aku paham,ini tentang ottaku hanya berisi hayalan yang membuatku tak kuat, lalu jatuh terbawa arus yang jalannya tak lurus.
Tapi hanya satu kekuatan yang membuat semua itu kembali terbangu, kembali tertata , dana kembali tertanam, yaitu mengingatNya.
Aku tak merasa sendiri, aku ditemani mulutku yang terus berdering menyembut-Nya disela-sela kebutuhanku.
Bukan hanya kebutuhanku, tapi kehidupanku yang dilingkupi keputus asaan.
Allah tak hilang, bahkan mengjilang, yang membuat kita menjadi jatuh kepayang.
Kita hanya mengalah mengapai mereka dengan raut wajah yang merona.
Kita bisa kejar itu semua, sampai kau kehabisaan musuh bersarmu, yang dulunya membuatmu kaku tak mau jalan.
Padahal Allah sudah membuka jalan itu dengan benar, hanya kita yang terkadang selalu menyepelekannya. Padahal kuasa-Nya benar-benar nyata.
Jangan mundur, walau badai cobaan terus terjun.
kita hanya yakin, bahwa masih ada langit di atas langit.